Adopsi Hybrid Cloud di Asia-Pasifik Meningkat

Salah satu jenis cloud computing yang tengah menjadi tren di kalangan profesional dan praktisi adalah hybrid cloud. Implementasi atau adopsi jenis cloud computing tersebut cukup meningkat di wilayah Asia-Pasifik. F5 Networks merilis hasil survey yang berjudul ‘The State of Application Delivery in APAC 2015’, yang baru-baru ini dilaksanakan oleh perusahaan. Survei tersebut mengungkap bahwa berbagai macam aplikasi perusahaan kini mulai dipindahkan ke cloud, seiring dengan kian banyaknya perusahaan yang menganut filosofi “cloud-first”.

Survei yang diikuti 3.266 responden – terdiri dari para pembuat keputusan dalam bidang TI di wilayah APAC (Asia Pasifik) – ini juga menggali informasi mengenai application service yang sudah dan akan mereka terapkan di dalam sistem IT perusahaan mereka. Lebih lanjut lagi, studi tersebut mengungkap bahwa penggunaan aplikasi di perusahaan di wilayah Asia Pasifik semakin populer, dan tren ini tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

Hampir separuh responden (45%) kini menjalankan 1-200 aplikasi, sementara 10% dari responden telah menjalankan lebih dari 3.000 aplikasi di dalam perusahaan. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa setidaknya 41% pengambil keputusan di bidang TI perusahaan mengatakan bahwa hampir seperempat (24%) dari jumlah aplikasi yang terdapat di sistem perusahaan mereka saat ini sedang dipertimbangkan untuk dipindah ke cloud pada tahun 2016 mendatang. Sementara hampir seperempat dari responden lainnya mengatakan bahwa 25%-50% aplikasi akan dipindahkan ke cloud pada tahun 2016.

“Seiring dengan semakin krusialnya peran aplikasi di dalam strategi bisnis, perusahaan menginginkan penerapan berbasis cloud mereka sebaik atau bahkan lebih dari dari model penerapan sebelumnya (on-premise). Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat ketergantungan perusahaan pada aplikasi untuk mendorong keterlibatan konsumen, produktivitas karyawan, hingga pendapatan mereka ,” ujar Emmanuel Bonnassie, Senior Vice President, Asia Pacific, F5 Networks.

“Melihat peran aplikasi yang semakin krusial di dalam strategi bisnis, semakin banyak perusahaan berusaha meyakinkan diri mereka untuk mempercayakan cloud sebagai basis penerapan aplikasi selayaknya on-premise. ungkap Emmanuel.  Meskipun popularitas hybrid cloud meningkat, 29% responden menganggap tingkat adopsinya masih lambat. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mereka dalam mengenali pengaturan pengelolaan identitas dan akses yang komprehensif. Lebih lanjut, 35% responden mengakui bahwa mereka minim pemahaman untuk tahu kapan saat yang tepat untuk menerapkan cloud publik ataupun privat.

Hal yang juga turut diungkap dalam survei adalah keamanan menjadi prioritas utama bagi perusahaan di wilayah Asia Pasifik dalam menerapkan cloud di perusahaan. Keamanan bahkan melampaui pentingnya ketersediaan dan kinerja aplikasi. Faktanya, 42% responden percaya bahwa keamanan merupakan kekhawatiran utama perusahaan ketika menerapkan aplikasi.

Namun yang mengkhawatirkan adalah lebih dari seperempat responden belum memiliki rencana untuk menerapkan application service ‘DDoS protection’. Dari temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa banyak perusahaan di wilayah Asia Pasifik yang masih belum dapat mengenali jenis serangan yang secara signifikan dapat mengancam jalannya bisnis mereka, karena DDoS merupakan serangan yang mengeksploitasi aplikasi melalui identitas / akses.

Teknologi yang dikembangkan oleh F5 Networks seperti Big IP 12.0 mampu menerapkan application service di ekosistem hybrid cloud. Dengan adanya teknologi semacam itu, kelincahan, keamanan dan kehandalan TI perusahaan dalam menerapkan cloud computing dapat berjalan optimal.

Sumber: ciso.co.id

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?