Asia-Pasifik Terendah Dalam Implementasi Cyber Security

Menurut penelitian, pangsa pasar di Asia-Pasifik terhambat oleh standar lokal yang linier dengan standar internasional serta masih lemah dalam implementasi cyber security. Setidaknya itulah hasil riset yang dikeluarkan oleh BSA dengan nama laporannya yang berjudul APAC Cyber Security Dashboard. Bersama dengan lembaga riset Galaxie, BSA melakukan penelitian tentang potensi pasar TI di Asia-Pasifik sekaligus mengukur keberhasilan implementasi cyber security.

Dalam laporan yang dirilis Selasa, (30/6/15), Asia-Pasifik memiliki tingkat yang rendah pada penerapan kebijakan cyber security. BSA melakukan survey tersebut di sejumlah negara seperti India, Taiwan, Tiongkok, Australia, Jepang, Korea Selatan dan bahkan Indonesia. Ada satu hasil penelitian yang dapat menjadi rujukan bagi pemerintah Indonesia jika melihat hasil riset BSA itu.

BSA mengatakan bahwa Tiongkok, Korea Selatan dan Indonesia terhalang oleh standar lokal dalam persyaratan pengetesan produk TI yang tidak linier dengan standar global. Khusus untuk Indonesia, BSA melihat bahwa negara ini masih belum mengembangkan kebijakan cyber security dengan baik. BSA justru melihat negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura telah lebih baik dalam mengembangkan kebijakan cyber security dan bahkan infrastrukturnya.

Singapura mendapatkan respons penilaian yang positif dari BSA. Indikator positif itu diberikan oleh BSA pada Singapura karena negara tersebut telah mengembangkan master plan kebijakan cyber security selama lima tahun dan sudah membentuk agensi pertahanan siber. Singapura pun telah mengembangkan kerja sama publik-privat, membangun edukasi keamanan siber dan tidak mempersulit penyedia layanan cyber security yang datang dari luar.

Setidaknya ada lima area yang menjadi penilaian BSA untuk melakukan penelitian tersebut. Lima aspek tersebut adalah dasar hukum, kapabilitas operasional, kerja sama publik-privat, strategi cyber security di tiap-tiap industri dan implementasi edukasi pada masyarakat. Di samping lima area tersebut, BSA pun menilai satu aspek lainnya yang tidak kalah penting. Yaitu regulasi pemerintah yang tidak membatasi atau melakukan diskriminasi terhadapvendor produk keamanan.

Ini bukan kali pertama BSA melakukan penilaian cyber security di Asia-Pasifik. Sebelumnya BSA pernah memuat survey tentang tingkat kematangan implementasi cloud computing termasuk di Indonesia. Menurut penelitian BSA, Indonesia masih dianggap rendah dalam implementasi cloud karena alasan regulasi menjadi salah satu kendalanya.

Sumber: ciso.co.id

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?