BlackBerry Bukan Lagi Perusahaan Ponsel?

Blackberry tampaknya mulai menyerah atas kelesuan bisnis ponsel cerdasnya beberapa tahun terakhir. Pabrikan asal Waterloo ini mantap memposisikan diri sebagai perusahaan software.

Melalui sistem keamanan andalannya, Blackberry Enterprise Service 12 (BES 12), perusahaan ini berharap dapat kembali meraup untung di tahun-tahun berikutnya.

CEO Blackberry John Chen mengatakan, perusahaannya telah memiliki 2.600 pelanggan enterprise baru untuk kuartal pertama 2016 mendatang.

Tahun ini, Blackberry mengantungi keuntungan 137 juta dollar AS atau setara Rp 1,8 triliun dari bisnis software dan kerjasama lisensi. Angka tersebut naik 150 persen dari tahun lalu.

Blackberry pun telah mengakuisisi perusahaan enterprise berbagi file WatchDox, Mei lalu. Dengan ini, posisi Blackberry di bidang sistem keamanan akan lebih kuat.

“Kuartal ini kami mengambil strategi kunci. Pertama, kami akan mengurangi pengeluaran untuk hardware. Kedua, kami memindahkan beberapa sumber daya hardware untuk mengembangkan software dan upaya menuju Internet of Things,” kata Chen, sebagaimana dikutip dari Fortune, Kamis (25/6/2015).

Detilnya, Blackberry akan memindahkan 100 hingga 200 juta dollar AS (Rp 1,2 hingga 2,6 triliun) dana alokasi bisnis hardware ke bisnis software.

Tapi, ini tak serta-merta membuat Blackberry berhenti memproduksi smartphone. Pada perhelatan Mobile World Congress (MWC) Maret lalu, Blackberry kepalang mengumumkan akan memproduksi smartphone teranyar pada akhir tahun mendatang.

Hal ini tak ditampik Chen. Namun, ia tak ingin berkomentar lebih lanjut ihwal isu ponsel Blackberry selanjutnya yang akan beralih menggunakan sistem operasi Android. Yang jelas, dalam penggodakan perangkat baru nantinya, Chen mengatakan akan melakukan kampanye pemasaran yang lebih segar.

Sumber: kompas.com

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?