Pada tanggal 30 Juni 2015, sehari semalam tak akan 24 jam lagi, tetapi 24 jam satu detik. Total waktu pada hari itu adalah 31.536.001 detik. Ilmuwan mengungkapkan, penambahan waktu itu dibutuhkan sehingga waktu manusia tetap sinkron dengan gerakan bumi berputar pada porosnya dan mengelilingi matahari. Bumi dalam rotasinya tidak selalu berputar dengan kecepatan yang sama, malah melambat. Jadi penyesuaian waktu dibutuhkan.
Namun demikian, apa yang mungkin terjadi ketika sehari semalam satu detik lebih lama dari biasanya?
Sistem Komputer
Anda mungkin berpikir, “Apalah artinya sedetik. Tak berasa.” Tetapi, dampak yang mungkin terjadi lebih dari yang Anda bayangkan. Buat manusia, penambahan satu detik memang tak berdampak besar. Manusia bisa saja menyesuaikan jam dinding atau tangannya sehingga sinkron.
Namun, dalam sistem komputer, navigasi, GPS, satelit, dan teknologi modern lainnya, satu detik adalah perkara penting.
Anggap saja Anda sedang ingin menembakkan rudal dalam waktu 5 menit 30 detik. Apa jadinya kalau detik tiba-tiba ditambah? Rudal mungkin tak tepat sasaran. Penambahan satu detik, bila tak diantisipasi, bisa menimbulkan chaos dalam sistem komputer dan memengaruhi banyak bidang.
Kasus nyata terjadi pada tahun 2012. Sistem Amadeus yang bertanggung jawab pada sistem booking maskapai penerbangan Qantas di Australia mengalami error. Akibatnya, terjadi ratusan delay penerbangan. Selain itu, Yelp, Reddit, LinkedIn dan sejumlah situs lain mengalami crash. Pengguna sistem operasi Linux juga mengalami gangguan.
Parah? Ya, memang. Detik kabisat tahun ini, bila tak diantisipasi, juga berpotensi memicu kejadian yang sama.
Wacana Penghapusan
Penambahan satu detik, yang ternyata justru membuat repot itu, memicu munculnya wacana penghapusan detik kabisat. November 2015 nanti, pada pertemuan tahunan International Telecommunication Union, para ahli akan bertemu untuk membahasnya. Apakah detik kabisat tahun ini akan menjadi yang terakhir sepanjang sejarah? Belum bisa ditebak. Perdebatan mungkin akan berlangsung lama.
Astronom dari Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto, mengungkapkan bahwa sinkronisasi waktu manusia dengan apa yang terjadi di jagat raya tetap perlu.
“Presisi waktu itu penting. Untuk keperluan sains dan teknologi yang andal, bagaimanapun juga harus dilakukan sinkronisasi,” kata Moedji kepada Kompas.com, Senin (22/6/2015).
Udo Seidel, orang IT yang bekerja di Amadeus saat perusahaan itu mengalami crash tahun 2012, juga mengatakan bahwa detik kabisat tetap perlu. Dia mengungkapkan, bagaimanapun manusia harus mengupayakan kesesuaian antara gerakan bumi dan waktu pada komputer.
“Kalau kita tidak bisa mengatur sehingga sistem kita bisa menangani detik kabisat, maka kita menjumpai masalah yang lebih besar,” jelasnya kepada Wired, beberapa waktu lalu.
Sumber: kompas.com