Pemerintah Korea Utara dicurigai meretas sistem transportasi kereta bawah tanah (subway) milik Korea Selatan. Hal tersebut diungkapkan oleh pejabat pemerintah setempat yang mengaku mendapatkan informasi dari badan intelijen negara. Aksi peretasan tersebut dikabarkan terjadi sekitar lima tahun yang lalu selama lima bulan lamanya. Pejabat dari partai yang berkuasa di Korea Selatan saat ini mengatakan bahwa aksi peretasan tersebut mengakibatkan sistem transportasi kereta bawah tanah mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Aksi peretasan Korea Utara tersebut dimulai dengan cara membobol dua server utama yang menangani sistem transportasi kereta bawah tanah. Setelah berhasil mengakali sistem keamanan server tersebut, peretas Korea Utara berhasil masuk dan mengakses 210 dokumen pegawai yang menangani kereta bawah tanah. Dampak terbesar dari bobolnya sistem server tersebut adalah hacker berhasil menguasai empat jalur subway.
Menurut pejabat partai, penguasaan empat jalur subway tersebut tidak hanya mengganggu jalur transportasi tetapi dapat berakibat fatal pada keselamatan para penumpang. Ha Tae-kyung, pejabat dari Partai Saenuri mengatakan bahwa National Intelligence Service (NIS), badan intelijen dari Korea Selatan, hacker dari Korea Utara tersebut telah mengambil alih dua server, empat jalur subway, mengakses 210 dokumen pegawai dan yang paling parah adalah memasang 58 malware pada komputer pegawai.
Komputer yang telah diinfeksi malware tersebut tidak berfungsi. Akibatnya adalah komputer tersebut dikhawatirkan dapat memantau dan mengendalikan empat jalur transportasi kereta bawah tanah. “Serangan tersebut membahayakan keselamatan para penumpang,” tegas Tae-kyung. “Komputer yang diinfeksi malware itu hanya untuk penggunaan office semata. Tidak terkait dengan komputer yang mengendalikan jalur,” lanjutnya.
“Akan tetapi karena pertimbangan keselamatan, pemerintah meminta kepada NIS untuk melakukan format ulang pada 4.000 komputer pegawai,” sambung Tae-kyung. Ia pun kemudian menambahkan bahwa NIS telah menambahkan sistem keamanan komputer sehingga sulit untuk ditanam malware. Menurut data yang dipublikasikan oleh NIS, serangan malware tersebut terekam sejak bulan Maret 2014 hingga Agustus 2014. Walaupun ada kemungkinan, serangan tersebut bisa jadi lebih lama dari data yang terekam NIS.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh NIS, cara ataupun metode serangan hampir serupa dengan serangancyber yang melumpuhkan perbankan Korea Selatan di tahun 2013. Lembaga NIS menduga bahwa aktor utama dibalik serangan tersebut adalah Korea Utara. Jalur transportasi subway tersebut menurut analisis pemerintah Korea Selatan telah mengalami jumlah serangan cyber sebanyak 35.000 kali di tahun 2015.
Sumber: ciso.co.id