Fondasi dari smart city terletak pada perangkat dan sistem yang saling terkoneksi serta berkomunikasi satu sama lain untuk menggerakkan fungsi perkotaan.
Dalam hal tersebut, proses identifikasi menjadi amat sangat penting. Karena, akan muncul risiko jika ada pihak yang tidak memiliki otoritas dapat masuk ke dalam sistem.
Belum lagi jika proses komunikasi tersebut membutuhkan proses otorisasi yang panjang dan rumit, yang terjadi adalah akses menjadi terhambat dan bukannya memecahkan tantangan perkotaan, namun malah menambah serta memperumit kehidupan perkotaan.
Termasuk, ke depannya, akan ada lebih banyak lagi entitas (pengguna, perangkat, dan sensor/sistemnya) yang saling terhubung di dalam smart city.
Karenanya, penting bagi setiap entitas yang terhubung di dalamnya untuk saling mengenali identitasnya sehingga dapat tercipta hubungan yang baik. Lebih lanjut, peraturan di dalam smart city dapat terus ditegakkan berkat hubungan tersebut.
Contohnya adalah ketika terjadi kemacetan akibat penumpukan kendaraan di sebuah persimpangan. Ketika hal tersebut terjadi, sensor kemacetan akan langsung mendeteksi sehingga lampu lalu lintas berwarna hijau akan dibuat menyala lebih lama untuk salah satu sisi jalan yang mengalami penumpukan kendaraan sehingga kemacetan dapat terurai.
Bagian penting dalam kejadian tersebut adalah bagaimana lampu lalu lintas mampu mengenali identitas dari sensor kemacetan. Hal ini disebut oleh sebuah perusahaan analis terkemuka dunia sebagai ‘Identity of Things’ (IDoT).
Identitas yang dimiliki oleh setiap entitas dalam smart city berbeda-beda serta memiliki keunikan masing-masing. Dan identitas tersebut amat penting dalam kelancaran serta keamanan smart city.
Hanya saja, sistem manajemen identitas dan akses (IAM) yang kini banyak tersedia biasanya berbasis manusia. Sistem tersebut belum skalabel dalam menangani banyaknya entitas yang tersedia di dalam smart city.
Padahal, jumlah entitas tersebut diperkirakan akan meningkat secara signifikan hingga lebih dari 50 miliar entitas pada 2020 mendatang. Namun, dapatkah sistem IAM dalam smart city menangani peningkatan entitas tersebut? Dan mampukah sistem tetap dapat mengendalikan dan menegakkan peraturan demi smart city yang berjalan dengan aman?
Tantangan tersebut dapat diatasi dengan menggabungkan karakteristik fungsi dari sistem pengelolaan akses dan identitas seperti IT Asset Management (ITAM) dan Software Management Systems (SAM) di dalam framework IAM.
Dengan begitu, sistem akan sanggup mengenali setiap entitas di dalam ekosistem Smart City, terlepas dari berapapun jumlahnya, serta dapat menambal celah keamanan dalam pengembangan single-system view Smart City.
Sumber berita: inet.detik.com
Sumber foto: blog.opendns.com