Aksi kejahatan di dunia maya, salah satunya meretas atauhacking ternyata tak melulu dilakukan melalui komputer desktop, melainkan juga bisa dieksekusi menggunakan ponsel. Salah satunya adalah aksi peretasan ke automated teller machine (ATM).
Di hadapan sejumlah wartawan, Chief Security Expert Kaspersky Alexander Gostev menunjukkan video aksi peretasan tersebut. Si pelaku terlihat seperti orang yang sedang berdiri di depan ATM sembari memencet-mencet ponselnya.
Namun tiba-tiba ATM tersebut mengeluarkan uang, padahal tak ada orang yang sedang menggunakan ATM tersebut. Setelah mengambil uangnya, si pelaku beberapa kali mengulang aksinya tersebut di ATM yang sama.
“Aksi semacam ini dalam 6 jam bisa mengeluarkan uang sebanyak USD 100 ribu dari satu ATM. Pelakunya menamakan diri sebagai Carbanak dan secara total sudah mencuri sekitar USD 1 miliar dari ATM,” ujar Gostev saat berbincang dengan sejumlah media di Jakarta, Kamis (26/11/2015).
Memang, aksi pencurian ini tak sepenuhnya bergantung pada ponsel karena ada langkah awal yang dilakukan oleh grup Carbanak ini. Dan mengambil uangnya dari ATM hanyalah salah satu dari beberapa cara yang mereka gunakan untuk memanen hasil kejahatan ini.
Aksi awalnya dimulai dari tahap infeksi, yang biasanya berupa malware yang ditargetkan ke pegawai bank. Malware ini disusupkan dalam bentuk attachment di sebuah email yang kemudian menginfeksi komputer milik pegawai bank.
Kemudian malware tersebut akan menyebar melalui jaringan intranet milik bank ke komputer pegawai lain. Sampai akhirnya si malware tiba di tujuan akhirnya, yaitu komputer yang mengatur sistem perbankan.
Dari situlah kemudian Carbanak bisa memilih berbagai cara untuk mencuri uangnya dari bank. Seperti mentransfernya ke rekening palsu milik pelaku, transaksi-transaksi palsu, dan juga lewat ATM.
Menurut Gostev, dari sekian banyak malware yang menyerang sektor perbankan, mayoritas dibuat oleh penjahat cyber asal Rusia. Namun pada praktiknya, malware tersebut dipakai untuk menyerang berbagai bank di berbagai belahan dunia lain.
“Carbanak sudah beraksi sejak tahun 2013 dan terdeteksi melakukan serangan di kawasan Baltik, Eropa tengah, Timur Tengah, Asia, dan Afrika,” pungkas pria asal Rusia yang diperbantukan Kaspersky ke Interpol itu.
Sumber berita: detik.com
Sumber foto: s.kaskus.id