Harmonisasi Balanced Scorecard dan CobiT untuk IT Scorecard

it balance scorecard

Teknologi Informasi (TI) merupakan sebuah sektor yang peranannya semakin dirasakan vital bagi kesuksesan strategi dan pencapaian obyektif organisasi. Penggunaan TI disamping memiliki nilai (value) yang dijanjikan juga memiliki risiko yang harus dikelola dengan baik. Sehingga penggunaan TI dalam sebuah organisasi juga membutuhkan sistem manajemen kinerja yang baik yang dapat memastikan dukungan TI terhadap pencapaian arahan strategis organisasi.

Untuk dapat menentukan ukuran kinerja yang baik, maka mutlak dibutuhkan pengetahuan yang baik pula terkait bidang yang akan diukur

Sebagaimana penerapannya pada sektor lainnya, sitem manajemen kerja yang diterapkan untuk TI menuntut pemahaman yang baik mengenai siklus tata kelola TI. Dalam siklus tata kelola TI organisasi tersebut terdapat rangkaian proses-proses TI yang perlu diperhatikan dan kemudian diukur kinerjanya.

CobiT (Control OBjective for Information related Technology) adalah kerangka kerja yang dirancang untuk menjadi panduan dalam tata kelola TI sebuah organisasi. CobiT merupakan standard yang secara defacto diakui sebagai standard untuk tata kelola TI organisasi. Kerangka kerja CobiT mendefinisikan proses-proses standard dalam tata kelola TI di sebuah organisasi. CobiT juga memberikan ukuran kinerja standard untuk mengukur kinerja dari setiap proses TI tersebut. Sementara di sisi yang lain, kerangka kerja sitem manajemen kinerja pada umumnya, termasuk Balanced Scorecard, memiliki jebakan umum yaitu dalam penentuan ukuran kinerja yang tepat.

Oleh karena itu kiranya akan menjadi sangat komplementer jika standard sitem manajemen kinerja yang berfokus pada strategic alignment seperti Balanced Scorecard diharmonisasikan dengan kerangka kerja CobiT untuk menentukan indikator kinerja TI yang dibutuhkan. Permasalahan yang muncul berikutnya adalah bagaimana menghubungkan antara kerangka kerja SMK bisnis (Balanced Scorecard) dengan kerangka kerja tata kelola TI (CobiT) tersebut.

Memang, kita mengenal juga bahwa saat ini sudah ada beberapa framework sistem manajemen kinerja TI yang banyak digunakan. Diantara yang cukup terkenal adalah IT Balanced Scorecard (IT BSC) yang juga menggunakan basis framework Balanced Scorecard. Ide penerapan Balanced Scorecard untuk Teknologi Informasi ini disampaikan oleh Gold (1992, 1994) dan Willcocks (1995), yang kemudian dikembangkan secara lebih dalam oleh Van Grembergeen dan Van Bruggen (1997) serta Van Grembergeen dan Timmerman (1998). Namun demikian tanpa mengurangi kehebatan dari framework ini, metodologi yang digunakan oleh IT BSC dalam menentukan obyektif strategis pada setiap tingkatan scorecard serupa dengan metodologi yang digunakan dalam BSC, hanya berbeda dalam konteksnya saja (disana konteksnya bisnis sementara disini konteksnya adalah TI). Sehingga dengan demikian, metodologi IT BSC ini juga otomatis memiliki kekuatan dan kelemahan yang diturunkan dari metodologi induknya, yaitu Business BSC.

Jadi peluang untuk melakukan perbaikan (improvement opportunity) dalam dunia SMK TI masih cukup terbuka. Misalnya jika kita mengkaji fakta mengenai BSC dan CobiT seperti disinggung diatas, maka peluang tersebut semakin jelas terlihat. Penelitian terkait harmonisasi kedua framework ini untuk menyusun sebuah SMK TI organisasi. Penelitian tersebut telah menghasilkan sebuah framework dan metodologi untuk menyusun SMK TI organisasi yang mengharmonisasikan BSC dan CobiT. Untuk menyempurnakan framework dan metodologi yang dihasilkan tersebut, framework dan metodologi penyusunan SMK TI tersebut juga telah coba diterapkan pada lingkungan organisasi real yang memiliki kompleksitas cukup besar.

Secara high level, metodologi yang dihasilkan dapat diilustrasikan dalam gambar berikut ini:

Seperti terlihat pada gambar tersebut, menggunakan bantuan tools Analisis CSF (Critical Success Factor) mengingat kekuatannya yang dapat dijadikan sebagai penghubung antara obyektif yang satu dengan obyektif lainnya pada tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, kerangka kerja SMK bisnis (dalam hal ini adalah Balanced Scorecard) dan kerangka kerja tata kelola TI (dalam hal ini adalah CobiT) dapat diharmonisasikan secara komplementer untuk menjadi sebuah metodologi perancangan SMK TI organisasi dengan alat bantu Analisis CSF. Harmonisasi ini dapat menutup kelemahan/jebakan (pitfall) yang sering dijumpai pada penggunaan BSC, utamanya kesalahan penetapan ukuran kinerja. Sementara itu disisi lain, metodologi yang dihasilkan tetap memanfaatkan kekuatan dari kerangka kerja SMK Balanced Scorecard terutama dari aspek kelengkapan perspektif, fokus keselarasan strategis dan kemudahan kontrol kinerja melalui scorecard nya. Kemudian metodologi yang dihasilkan ini juga dapat menutup kelemahan/jebakan (pitfall) yang sering terjadi dalam penggunaan CobiT yaitu kehilangan konteks strategis organisasi akibat terlalu fokus kepada detail. Sementara itu disisi lain, metodologi yang dihasilkan tetap memanfaatkan kekuatan dari kerangka kerja CobiT terutama dalam kelengkapan pendefinisian proses dalam seluruh siklus tata kelola TI secara komprehensif berikut ukuran kinerja standard pada setiap prosesnya.

Kedua, jika dibandingkan dengan SMK TI berbasis Balanced Scorecard yang sudah ada saat ini yaitu IT Balanced Scorecard, maka metodologi hasil harmonisasi ini memiliki nilai lebih yang utamanya adalah sebagai berikut:

  • Menggunakan basis rujukan TI yang kuat yaitu dari sebuah standard tata kelola TI yang telah terbukti dan diterima secara luas, yaitu CobiT.
  • Menerapkan sistem pembobotan ukuran kinerja TI yang berbasis kepada keterkaitannya terhadap Tujuan TI yang berbasis pada CSF Organisasi dan Tujuan Strategis Organisasi.

Ketiga, ukuran kinerja TI standard yang diberikan oleh CobiT dalam penerapannya pada beberapa bagian tidak dapat langsung digunakan, namun perlu disesuaikan dengan konteks organisasi yang bersangkutan. Hal ini karena ukuran kinerja yang diberikan oleh CobiT lebih bersifat umum untuk semua jenis organisasi, sehingga tidak tertutup kemungkinan ukuran-ukuran kinerja yang ditetapkan menjadi kurang relevan, perlu disesuaikan atau dikhususkan dengan konteks organisasi yang bersangkutan.

Keempatlast but not least, metodologi SMK TI hasil harmonisasi BSC dengan CobiT ini dapat diterapkan pada organisasi nyata. Oleh karena usaha yang dilakukan dalam penelitian ini menjadi kurang bermanfaat jika tidak dapat diterapkan dalam dunia nyata.

Referensi : https://manajemen-ti.com/blog/harmonisasi-balanced-scorecard-dan-cobit-untuk-scorecard/

Baca Juga : 

Indeks KAMI: Mengenal Indeks Keamanan Informasi

 

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?