Mengatasi Tantangan Implementasi Smart City

Dunia telah memasuki era di mana konektivitas tak terbatas antara perorangan atau sistem, akan tetapi juga meliputi seisi kota, bahkan negara. Termasuk di Indonesia, telah banyak kota mengambil inisiatif menuju Smart City, kota maju yang menggunakan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK).

Pondasi Smart City adalah konektivitas. Internet of Things (IoT) sebagai salah satu buah dari konektivitas, banyak dibahas sebagai salah satu dasar terciptanya Smart City. IoT adalah sebuah jaringan dari berbagai obyek yang dilengkapi elektronik, perangkat lunak, sensor, dan konektivitas internet, yang memungkinkan obyek itu mengumpulkan dan bertukar data.

Dalam keterangannya, Cisco mendefinisikannya sebagai Internet of Everything (IoE), jaringan koneksi antara manusia, proses, dan obyek. Sebagai perbandingan, IoT mengacu pada jaringan koneksi dari obyek fisik, namun tak termasuk manusia dan proses. Interkonektivitas dari IoE memungkinkan otomatisasi dalam memperluas area Smart City, yang meliputi layanan pemerintah, transportasi, kesehatan, air dan limbah.

Berkembangnya teknologi seperti layanan cloud, IoT, dan penggunaan smartphone membuat konektivitas luas ini membawa potensi ekonomi besar. Pada penelitian IoE Value at Stake dari Cisco, diprediksi bahwa dengan mewujudkan konektivitas baru antara masyarakat, proses, data, dan perangkat, lembaga pemerintah dapat hemat biaya, meningkatkan produktivitas, menghasilkan pendapatan baru tanpa menaikkan pajak, selagi mendatangkan keuntungan bagi masyarakat.

Cisco memperkirakan sektor publik global akan memiliki potensi senilai 4,6 triliun USD, dan jika digabungkan dengan perkiraan Cisco terhadap sektor swasta senilai 14,4 triliun USD, maka akan mencapai nilai sebesar 19 triliun USD di sepanjang tahun 2013 – 2022.

Dengan Indonesia memasuki era digitalisasi, potensi dan nilai ekonomi konektivitas dan IoE mulai terlihat. Berdasar riset 2014 dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia tumbuh 16,9 juta orang sejak tahun 2013. Secara keseluruhan, jumlahnya mencapai 88,1 juta. Ini merupakan indikasi besarnya potensi konektivitas untuk Indonesia, dan bagaimana konektivitas dapat jadi pondasi pengembangan kota dan negara lebih cerdas.

Tantangan Keamanan pada Smart City

Menurut Cisco, keamanan merupakan persoalan di jaringan sistem manapun. Terlebih jika sistem mencakup seluruh kota, ancaman keamanan perlu ditangani serius. Makin banyak sistem terhubung akan menyebabkan makin kompleks pula penanganan. Beberapa bagian infrastruktur Smart City biasanya ditangani lembaga berbeda, tanpa pengelolaan pusat yang mampu menetapkan standar pengelolaan cybersecurity di seluruh organisasi.

Masalah lainnya adalah banyaknya perangkat yang terhubung ke jaringan atau sistem Smart City, dari pompa air hingga lampu lalu lintas, yang pada mulanya tidak dirancang untuk terhubung pada internet, sehingga tidak dibangun dengan pendekatan cybersecurity. Ahli tata kota perlu mengutamakan kekhawatiran terhadap akses pada sistem-sistem penting.

Memanfaatkan isolasi jaringan yang baik dapat memastikan bahwa pelanggaran di sebuah sistem tidak mengakibatkan pelanggaran di sistem lainnya. Para ahli infrastruktur Smart City perlu menyadari bahwa tidak ada sistem yang sepenuhnya 100 persen aman. Pemantauan sistem untuk menemukan dan menghentikan gangguan sama pentingnya dengan mengamankan sistem.

Begitu pula dengan pentingnya keamanan data pribadi penduduk jika terjadi cyberattack pada Smart City. Data pribadi dapat meliputi informasi penting seperti akun medsos, rekening, hingga kartu kredit. Pentingnya keamanan dasar Smart City tak hanya melindungi infrastruktur Smart City, tapi juga harus turut melindungi data pribadi penduduk. Meski demikian, penduduk perlu mengetahui prinsip dasar bagaimana melindungi data pribadi mereka terlebih dulu.

Seiring dengan meningkatnya perhatian akan cyberattack di Indonesia, pemerintah Indonesia telah coba memberi langkah bagi pengguna internet mencegah terjadinya penyalahgunaan TIK. Tips meliputi enkripsi akses WiFi, memperbarui sistem operasi dan program antivirus/firewall berkala, mengetahui sumber aplikasi sebelum mengunduh, dan hati-hati terhadap tautan atau konten email yang mencurigakan.

Mengatasi Celah Keamanan pada Smart City

Salah satu cara dasar mengatasi celah keamanan Smart City adalah firewall, sistem keamanan jaringan yang memantau dan mengendalikan lalu lintas jaringan keluar dan masuk berdasar kebijakan keamanan yang ditetapkan.

Biasanya firewall memberi penghalang antara jaringan dalam yang aman dan terpercaya dengan jaringan luar yang diasumsikan tak aman, seperti internet. Namun di kasus tertentu, beberapa sistem sangat penting sehingga lebih baik sama sekali tak terhubung pada koneksi internet luar.

Kebijakan mengenai pengendalian akses data juga merupakan langkah yang penting untuk diterapkan. Selain menjaga sistem terhadap rangkaian cyberattack, aspek manusia dari sebuah sistem juga penting. Dengan membangun kebijakan mengenai siapa yang dapat mengakses data, hal ini dapat memberikan pembatasan akses yang ketat pada data dan menghindari akses yang tidak diinginkan pada data-data penting.

“Kini kita terhubung satu sama lain lebih dari sebelumnya dan dengan makin banyaknya obyek terhubung dengan internet, data dan analitik dari data tersebut dapat membawa layanan lebih baik untuk para penduduk, bisnis, manusia, saya dan anda. Satu hal penting pada transformasi digital ini adalah keamanan berada di tempat yang tepat untuk memastikan keamanan data, perangkat kita selamat, dan firewall yang aman,” tutup Sancoyo Setiabudi, selaku Country Manager untuk Cisco Indonesia.

Sumber berita: detik.com
Sumber foto: odishasuntimes.com

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?