Sedang Tren, Pasien Komunikasi dengan Dokter via Facebook

Dewasa ini media sosial banyak dimanfaatkan oleh dokter dan pasien. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kebanyakan pasien di Amerika Serikat lebih memilih berkomunikasi dengan dokternya via Facebook daripada bertemu langsung.

“Ada perbedaan antara keinginan pasien yang lebih sering berkomunikasi secara online dan apa yang dokter sediakan. Mengadopsi sistem pesan web adalah solusi yang mungkin untuk menghubungkan antara perhatian dan kebutuhan kedua belah pihak tersebut,” ucap Joy Lee, pemimpin penelitian yang dilakukan di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, seperti dikutip dari Medical Daily pada Minggu (28/6/2015).

Joy dan rekannya mengirimkan survei kepada 4.500 konsumen di apotek ritel. Konsumen tersebut adalah orang-orang yang berpendidikan, memiliki kesehatan yang bagus, dan pengguna aktif Facebook. Tim peneliti lalu menghitung balasan dari 2.252 responden.

Pada analisisnya, seluruh responden tertarik menggunakan email atau Facebook untuk berkomunikasi dengan dokter dan mengelola kesehatannya. Hasilnya menunjukkan bahwa 37% pasien menghubungi dokternya via email dan 18% pasien via Facebook dalam enam bulan selama survei.

Responden yang lebih mungkin berkomunikasi dengan dokter via elektronik adalah mereka yang bukan kulit putih, memiliki usia di bawah 45 tahun, memiliki penghasilan yang tinggi, mempunyai kondisi kesehatan kronis, dan dirawat oleh orang lain. Orang-orang dengan tingkat penghasilan dan pendidikan yang rendah sering berkomunikasi dengan dokter via email, sementara lulusan perguruan tinggi menggunakan Facebook.

Layanan kesehatan profesional di Amerika Serikat telah memikirkan nilai dari media sosial sebagai sumber komunikasi untuk pasien dan dokter. Bahkan pada Oktober 2014, National Institues of Health (NIH) memberi dana sebesar Rp 147 miliar untuk meneliti media sosial untuk memahami, mencegah, dan menangani kecanduan narkoba dan alkohol. 

NIH berencana menggunakan Facebook dan Twitter sebagai cara untuk mengidentifikasi sikap dan mitos seputar alkohol, narkoba, dan rokok serta menyediakan informasi akurat dan terkini kepada publik.

“Kami berharap untuk mempelajari lebih banyak tentang bagaimana perubahan teknologi memengaruhi komunikasi antarpribadi dan pengetahuan faktual tentang rokok, alkohol, dan narkoba,” ucap dr Nora D. Volkow, direktur National Institute on Drug Abuse.

Sumber: detik.com

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?