Serangan WannaCry di Indonesia Terbesar Kedua di Dunia

Bulan Mei ini tepat menandakan satu tahun sejak serangan ransomware WannaCrypt atau WannaCry melanda di berbagai belahan dunia. Masih hangat dalam ingatan kita, serangan WannaCry sempat membuat heboh masyarakat dunia, tak ketinggalan Indonesia.

Bagaimana tidak, WannaCry sampai membuat perusahaan otomotif Honda sampai menyetop produksi di pabrik kendaraannya selama sehari. Di Indonesia, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara kala itu mengatakan bahwa ada ribuan alamat IP di Indonesia yang terjangkit WannaCry.

Salah satu contoh nyata yang mencuat ke publik adalah dua rumah sakit di wilayah Jakarta disebut kena serangan ransomware ini. Serangan Wanna Cry ini bikin pelayanan kedua rumah sakit tersendat.

WannaCry memang sadis. CTO Avast, Ondrej Vlcek Avast, dalam keterangan email, Minggu (6/5/2018), mengatakan bahwa pihaknya telah mendeteksi dan memblok lebih dari 176 juta serangan WannaCry di 217 negara sejak serangan awal tahun lalu. Bahkan serangan ini nyatanya masih terus berlanjut di tahun 2018.

Berdasarkan penelitiannya, Avast telah memblok 54 juta serangan selama bulan Maret kemarin. Di Indonesia sendiri Avast telah berhasil memblok 17 juta lebih serangan WannaCry selama periode terhitung dari tanggal 5 Desember 2017 sampai 4 Januari 2018.

Angka tersebut membuat Indonesia menjadi negara dengan serangan WannaCry terbesar di dunia setelah Rusia.

“Mengingat kehebohan publik yang terjadi ketika ‘wabah’ pecah untuk pertama kalinya, kita akan cenderung berasumsi bahwa pengguna PC pribadi dan perusahaan-perusahaan telah memperbarui sistem mereka. Sayangnya, data kami menangkap bahwa hampir sepertiga (29%) komputer berbasis Windows di seluruh dunia masih rentan terhadap serangan WannaCry,” ujar Vlcek.

Keberhasilan WannaCry disebabkan oleh beberapa faktor utama, yaitu ransomware mengeksploitasi kerentanan yang terdapat di banyak PC yang menggunakan sistem operasi lama.

Sebagian besar sistem operasi lama sudah tidak didukung pembaruan (update) dan karena itu rentan terhadap serangan malware; kemudian, WannaCry tidak memerlukan interaksi dari pengguna untuk menyebarkan diri karena diprogram sebagai worm.

 

Source : Muhammad Alif Goenawan – detikInet

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?