Saat ini pengelolaan risiko menjadi hal yang cukup santer terdengar. Hal ini bukan saja dituntut dalam sistem Good Corporate Governance (GCG) namun pada beberapa lini usaha sudah menjadi “tulang punggung” bagi pertumbuhan perusahaan yang terkendali, seperti contohnya di perusahaan-perusahaan yang bergerak pada industri finansial. Namun di lini-lini usaha lain, banyak terdapat kasus pengelolaan risiko masih terbatas sekedar “asesoris” saja atau boleh dikatakan sebagai syarat ada saja.
Hal ini seringkali terjadi tiada lain disebabkan oleh manfaat yang didapat dari aktifitas pengelolaan risiko belum sepenuhnya dirasakan oleh organisasi tersebut. ISO sebagai organisasi yang bertujuan untuk menerbitkan standar di bidang apapun, turun menerbitkan salah satu guidelienya dalam pengelolaan risiko untuk skala enterprise, yaitu ISO 31000.
Tujuan dari diterbitkannya guideline ini adalah agar hal-hal kritikal dan mendasar yang sering terlupakan dalam implmentasi sistem pengelolaan risiko dapat dibangun secara sistematis. Namun cukup banyak juga perusahaan-perusahaan yang sudah mengadopsi guideline ISO 31000, pengelolaan risikonya masih “jalan di tempat”.
Untuk mengetahui mengapa hal-hal di atas sering terjadi dan bagaimana menerpakan Enterprise Risk Management System yang efektif, diperlukan suatu pelatihan yang dapat memberikan pemahaman yang baik serta contoh-contoh best practice yang telah terbukti berhasil meningkatkan keefektifan pengelolaan risiko.