Perusahaan keamanan FireEye mengungkapkan hasil penelitiannya selama kuartal kedua 2015. Dari data tersebut, tercatat sebanyak 36 persen perusahaan di Indonesia yang terkena serangan siber cukup serius.
“Semua organisasi rawan diserang. Kebanyakan, yang diserang adalah pemerintahan, militer, finansial dan berbagai perusahaan besar,” kata Bryce Boland, CTO FireEye Asia Pasifik.
Sayangnya ia enggan membeberkan berapa jumlah perusahaannya. Yang pasti, perusahaan yang disurvei adalah pelanggan FireEye di Indonesia baik lokal maupun internasional.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, setidaknya ada 4 kelompok peretas yang berusaha menyerang Indonesia. 3 di antaranya dari China, sedangkan sisanya berasal dari Eropa Timur.
Ia juga menjelaskan bahwa tingkat kematangan keamanan siber ada tiga, yakni Detection, Response, dan Hunting.
Indonesia sendiri baru bisa mencapai tingkat yang paling rendah, yakni Detection. Ini dikarenakan keamanan siber masih belum menjadi prioritas utama.
“Perusahaan di Indonesia punya budget yang cukup banyak, tapi dipakai untuk yang lain, Bukan untuk memelihara dan mengembangkan keamanan sistemnya,” lanjutnya.
Di saat yang sama, Bryce juga mengungkapkan hasil riset dari Australian Strategic Policy Institute tentang tingkat kematangan keamanan siber di Asia Pasifik pada tahun 2015.
Hasilnya, kematangan infrastruktur keamanan siber di Indonesia, menempati urutan 14 dengan angka 46,4 persen setelah Thailand (49,1 persen) dan Filipina (46,8 persen).
Posisi pertama sendiri ditempati oleh Amerika Serikat dengan angka 90,7 persen. Disusul oleh Jepang (85,1 persen), Korea selatan (82,8 persen), Singapura (81,8 persen) dan Australia (79,9 persen).
Sumber berita: cnnindonesia.com
Sumber foto: ncta.com