Senjata rahasia yang dikembangkan militer Amerika Serikat hancur lebur, meledak 4 detik setelah diluncurkan dari lokasi pengujian di Alaska, Senin dini hari waktu setempat. Pentagon menyebut, insiden terjadi setelah pusat kontrol mendeteksi masalah dalam sistem.
The Advanced Hypersonic Weapon adalah bagian dari program yang bertujuan untuk membuat misil atau rudal yang bisa menghancurkan target di manapun di dunia, hanya dalam hitungan jam dan bisa meluncur kecepatan lebih dari 3.500 mil per jam atau Mach 5.
Pasca-insiden, misi dibatalkan untuk menjamin keselamatan publik, meski tak ada yang cedera akibat kejadian tersebut.
Insiden terjadi setelah pukul 04.00 di Kodiak Launch Complex di Alaska, demikian ungkap Maureen Schumann, juru bicara Departemen Pertahanan AS. “Kami harus mengakhirinya,” kata dia seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (26/8/2014). “Senjata itu meledak selama proses take offdan jatuh kembali di sekitar kompleks.”
Kejadian yang tak diinginkan itu juga mengakibatkan kerugian yang belum ditentukan di fasilitas peluncuran yang terletak 26 mil dari Kota Kodiak.
Secara terpisah, Riki Ellison, pendiri organisasi nirlaba Missile Defence Advocacy Alliance berpendapat, kegagalan tersebut tak akan menghentikan program secara keseluruhan. “Ini adalah misi yang penting dan menjanjikan dalam hal teknologi,” kata dia seperti dimuat Reuters.
Ellison mengatakan, penghentian misi dilakukan setelah menemukan kekeliruan di komputer Apapun, kegagalan ini merupakan langkah mundur bagi program pertahanan AS. Sejumlah analis melihat program itu sebagai upaya Negeri Paman Sam mengimbangi perkembangan rudal balistik yang dilakukan Iran dan Korea Utara. Beberapa pihak melihatnya sebagai alat yang efektif melawan teroris. Lainnya menduga, itu adalah bagian dari perlombaan senjata dengan China, yang juga menguji sistem hipersonik pada bulan Januari.
Anthony Cordesman, analis pertahanan Centre for Strategic and International Studies mengatakan, teknologi seperti itu ampuh digunakan melawan negara-negara yang kurang berkembang.
“Amerika Serikat tidak pernah berasumsi bahwa ini … akan menjadi sistem yang dapat digunakan melawan kekuatan seperti China,” katanya. “Sebaliknya, untuk negara seperti Iran atau Korea Utara, mereka bisa menjadi penangkal yang sangat signifikan.”
Sementara, James Acton, analis Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan Pentagon tidak pernah menjelaskan secara gamblang misi persenjataannya.
Namun, Acton mengatakan, fakta bahwa Washington dan Beijing menguji senjata yang sama, mengindikasikan ada potensi nyata terjadinya perlombaan senjata. “Saya percaya program AS secara signifikan lebih canggih dari program China,” katanya.
Senjata, yang dikenal sebagai The Advanced Hypersonic Weapon, dikembangkan oleh Sandia National Laboratory dan Angkatan Darat AS atau US Army.
Dalam tes sebelumnya pada November 2011, uji coba serupa berhasil menempuh jarak dari Hawaii ke Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall.
Sumber: http://www.suaranews.com/