Pelajaran utama dari diretasnya Hacking Team adalah tidak ada satupun di dunia ini yang benar-benar aman. Hacking Team adalah sebuah institusi yang menjadi target kecaman para aktivis kebebasan Internet dari mata-mata ataupun tekanan pemerintah. Institusi tersebut terkenal dengan alat mata-mata yang dikenal dengan Da Vinci. Alat tersebut digunakan oleh NSA untuk melakukan spionase siber di seluruh dunia.
Hacking Team adalah organisasi yang berasal dari Italia dan terkenal karena menjual surveillance tools pada banyak pemerintah. Beberapa waktu lalu Hacking Team diretas dan sekitar 400 GB data mereka terekspos. Termasuk di dalamnya adalah informasi sensitif berupa data klien mereka yang berasal dari pemerintah. Data yang berjumlah sekitar 400 GB itu berupa informasi klien, email pribadi dan data komunikasi lainnya. Hackertelah menyimpan data tersebut di Torrent dan dapat diakses oleh masyarakat.
Sebagai tambahannya, hacker pun telah berhasil menyusupi akun Twitter Hacking Team dan berhasil mendapatkan akses pada sejumlah data personal. Beberapa negara yang menjadi klien Hacking Team pun beragam. Walaupun mereka berdalih bahwa mereka tidak pernah berbisnis dengan negara penekan. Tidak hanya itu, hacker pun mempublikasikan invoice transaksi Hacking Team dengan pemerintah Mesir sebanyak 58.000 euro terkait jual beli exploit tools.
Informasi sensitif lainnya yang terekspos ke publik adalah korespondensi Hacking Team dengan Biniam Tewolde. Dalam email tersebut, Biniam menyatakan berterima kasih pada Hacking Team karena membantunya untuk mendapatkan informasi dari target penting. Pada email itu, Biniam menyertakan pula delapan domain milik Meles Zenawi Foundation (MZF). Sebuah yayasan yang dimiliki oleh mantan PM Etiopia Meles Zenawi. Tidak ada informasi lebih lanjut apa yang dilakukan oleh Biniam.
Hanya saja dugaan sementara, exploiting tools yang dibeli dari Hacking Team digunakan untuk menginfiltrasi sejumlah situs milik oposan pemerintah. Di dalamnya terdapat invoice transaksi antara Hacking Team dan Etiopia. Beberapa negara yang menjadi klien Hacking Team adalah Malaysia, Mesir, Mongolia, Korea Selatan, Sudan dan banyak lagi negara lainnya. Khusus untuk Sudan, Hacking Team beberapa kali menyangkal bahwa mereka tidak akan berbisnis dengan negara penekan. Namun dengan terkuaknya data transaksi antara Hacking Team dan Sudan, mereka pun tidak akan bisa menyangkal apapun lagi.
Sumber: ciso.co.id