Perusahaan yang mengabaikan transformasi digital tenaga kerja diprediksi akan gagal dalam membangun kapabilitas yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan di era digital.
Hal tersebut merupakan laporan terbaru bertajuk “Workforce Transformation in the Digital Vortex” yang disusun Digital Business Transformation Center (DBT Center) hasil kerja sama IMD dan Cisco.
Laporan ini menjelaskan beberapa langkah yang bisa diambil perusahaan untuk melakukan digitalisasi terhadap karyawannya.
Tujuannya agar menciptakan karyawan yang tangkas, inovatif, dan terlibat aktif.
Cisco memprediksi pada 2020 akan ada 50 miliar benda yang terhubung ke internet dan menghasilkan data dalam jumlah yang sangat besar.
Pada kondisi ini, perusahaan harus memastikan bahwa setiap karyawannya telah dibekali dengan kemampuan berkomunikasi dengan cara baru ini.
Berdasarkan laporan tersebut, empat dari sepuluh industri yang ada saat ini akan terganggu atau mengalami disrupsi dalam lima tahun mendatang.
Dalam rangka menghadapi disruptor digital, banyak perusahaan yang fokus melakukan transformasi dalam bidang TI maupun proses bisnis, namun mengabaikan transformasi pada aset terbesar mereka: karyawan.
DBT Center telah mempelajari berbagai model bisnis pada lebih dari 75 perusahaan startup.
Mereka juga melakukan wawancara mendalam dengan para pemilik dan CEO perusahaan rintisan tersebut untuk memahami nilai yang mereka anut serta keyakinan mereka akan bagaimana digitalisasi bisa memengaruhi karyawan.
Studi ini juga menemukan bahwa kurang dari 10% perusahaan berhasil mencapai level tinggi dalam tiga kapabilitas yang dibutuhkan untuk transformasi bisnis digital: kepekaan tinggi terhadap situasi, pengambil keputusan berdasarkan informasi yang cukup atau informed decision-making, serta eksekusi cepat.
Seperti dijelaskan dalam penelitian tersebut, ketiga hal tersebut merupakan kapabilitas dasar yang harus dibangun oleh organisasi untuk dapat bersaing di tengah Pusaran Digital atau Digital Vortex.
Sumber berita: industri.bisnis.com
Sumber foto: earley.com