Jakarta – Malam itu diawali dengan cuaca cerah ketika sebuah mobil berpelat pejabat parkir di halaman Masjid Nurul Ikhlas, Jl Asem IV, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Seorang pria turun dari mobil dengan pakaian sederhana, kemeja putih dan celana hitam tanpa balutan jas. Masuk lewat gang kecil di sebelah masjid itu, dia diikuti oleh lima orang yang tak menenteng apa-apa. Pria itu adalah Menkominfo Rudiantara dan malam itu mendekati pukul 21.00 WIB.
Menyusuri gang kecil seukuran 1,5 meter akhirnya terdapat rumah-rumah petakan berjajar rapi. Terhenti rombongan menteri itu pada rumah yang disebut warga bernomor 37.
“Benar ini rumah Sam?” tanya Menteri.
Sudah berkerumun warga sekitar di rumah itu. Rupanya kabar sang Menteri akan datang sudah cukup tersebar, sehingga warga pun berdatangan.
Diantarnya Rudiantara masuk ke ruangan kedua dari tiga ruang di rumah berukuran 3×5 meter itu oleh seorang perempuan paruh baya bertubuh pendek. Terbaring seorang lelaki berbadan besar yang hanya mengenakan sehelai sarung dan kaos.
Di hadapannya sebuah laptop ukuran 14 inchi yang ditopang oleh alat sehingga layarnya bisa menghadap bawah. Pria itu memakai kacamata tebal, dia bernama Samuel Franklyn (47) yang merupakan pemrogram komputer.
“Jadi Sam sakit apa?” tanya Rudiantara.
“Dulu saya pernah jatuh sewaktu akan berangkat ke kantor Galileo (perusahaan software), tiba-tiba bagian bawah badan saya kesemutan. Setelah itu saya sakit sampai dua minggu tak masuk kantor. Akhirnya setelah diperiksa katanya ada bagian tulang belakang yang patah. Mungkin karena badan saya besar jadinya seperti itu,” tutur Samuel.
Mengerutkan dahi Rudiantara mendengar penuturan Samuel. Serentetan kisah empat tahun lalu itu diceritakan secara gamblang semuanya oleh Samuel.
“Jadi Sam sehari hari mengerjakan apa?” tanya Rudiantara lagi.
“Kantor saya yang lama (Galileo) mempekerjakan saya lagi, tapi saya kerjakan semua di rumah seperti ini,” kata Samuel tanpa menyebutkan penghasilan.
“Berarti internetnya harus cepat dong? Harus online terus?” ujar Rudiantara.
“Saya pakai GSM biasa yang dipasang di router 4G LTE. Saya pakai GSM yang DNS-nya bisa saya tembus,” ujar Samuel.“Oh ya? Kamu bisa tembus DNS?” tanya Menkominfo terheran.”Bisa,” jawab Sam singkat.
“Oke kalau begitu lain waktu saya akan kembali lagi untuk jadikan kamu narasumber. Kebetulan saya lagi mau benahi DNS di Indonesia dan kamu akan bantu saya untuk cek apakah sistemnya bisa ditembus atau tidak,” kata Rudiantara setelah berbincang panjang selama lebih dari satu jam.
Menurut Rudiantara, Indonesia sudah terlampau boros menggunakan bandwidth sehingga harus memakai milik negara lain. Bila sistem dapat dibangun maka negara dapat menghemat banyak.
Sumber: detik.com