IoT Bukan Cuma untuk Negara Kaya

Dubai (Uni Emirat Arab), London (Inggris), atau  New York (AS) adalah contoh sukses implementasi internet of things (IoT) dalam pengelolaan kota atau smart city.

Lalu timbul anggapan bahwa IoT hanya cocok diterapkan kota-kota besar dari negara yang kaya di dunia dan tidak cocok berkembang di negara-negara berkembang, seperti Indonesia dan Thailand, karena biaya implementasinya yang mahal dan rumit.

President of Smart+Connected Communities Cisco, Anil Menon, mengakui bahwa anggapan seperti itu memang kerap muncul dari banyak pemimpin di dunia yang belum mengimplementasikan IoT dalam pengelolaan negara atau kotanya, baik dari negara kaya atau biasa.

Menurut Menon, implementasi tak melulu soal teknologi, tetapi bagaimana membuat beberapa hal terkoneksi. Jadi, lanjutnya, bisa dimulai dari hal-hal sederhana untuk menghasilkan solusi bagi permasalahan sehari-hari di kota atau negara dengan biaya yang terjangkau.

“Ini masalah mindset. Bagaimana berani memulainya,” katanya dalam diskusi dengan media di sela acara Internet of Things (IoT) World Forum 2015 di Dubai World Trade Center, Senin (7/12/2015).

Menon mencontohkan, ketika mengunjungi Indonesia beberapa waktu lalu, dia menemukan sejumlah contoh implementasi IoT yang sederhana dan menghasilkan solusi bagi masyarakat.

Salah satu contohnya adalah, inovasi yang dilakukan oleh dokter Gamal Albinsaid di Malang. Dia mendirikan klinik pengobatan bagi warga miskin di Kota Malang, Jawa Timur. Uniknya, jika ingin berkonsultasi dan berobat, warga cukup membayarnya dengan membawa sampah dari rumah masing-masing.

“Keduanya bisa menyelesaikan kesulitan pemerintah. Masalah kesehatan masyarakat dan masalah sampah. Ini contoh pekerjaan yang luar biasa, mengkoneksikan dua hal sehingga lebih optimal. Ini contoh sederhana dari IoT. Selanjutnya, bisa dikembangkan dengan teknologi,” tuturnya.

Menon menilai, IoT harus berujung pada solusi yang efektif dan membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari di daerah tersebut dan tetap bisa terkoneksi satu sama lain.

Ross Fowler, Vice President Digital Transformation and IoE Acceleration, APJ at Cisco, mengatakan bahwa pemerintah kota atau negara, juga perusahaan perlu segera mengambil keputusan untuk bertransformasi.

“Pikirkan bagaimana memulai transformasi, maju selangkah demi selangkah, memulai transformasi digital,” tuturnya.

Namun, tak hanya transformasi untuk mengoneksikan banyak hal melalui teknologi, Fowler juga mendorong setiap kota, negara, dan perusahaan melakukan transformasi strategi terkait politik dan bisnis yang dianut selama ini.

Sumber berita: tekno.kompas.com
Sumber foto: tekno.kompas.com

Rate this post

Bagikan:

[yikes-mailchimp form=”2″]

× Apa yang bisa kami bantu?