Seiring dengan semakin cepatnya adopsi teknologi pintar dan Internet of Things (IoT) di pabrik-pabrik Indonesia, dunia manufaktur kita menghadapi tantangan baru yang tak bisa diabaikan: ancaman serangan siber. Meskipun digitalisasi membawa banyak manfaat, seperti peningkatan efisiensi dan otomatisasi, ancaman terhadap sistem dan data perusahaan kini semakin nyata.
Bayangkan jika serangan siber bisa merusak jalur produksi, menghentikan mesin yang sedang berjalan, atau bahkan mencuri data penting yang sangat bernilai. Bagi banyak pabrik di Indonesia, hal ini bisa berujung pada kerugian besar baik dari sisi finansial maupun reputasi.
Artikel ini akan membahas mengapa sektor manufaktur perlu mulai serius dalam menjaga keamanan siber, serta langkah-langkah praktis yang bisa diambil untuk melindungi bisnis Anda dari ancaman yang semakin berkembang.
Cyber Attack di Manufaktur: Alarm Serius di Awal 2025
Awal tahun 2025 langsung membuka mata dunia industri: dua raksasa manufaktur asal Inggris Smiths Group dan IMI mengalami serangan siber yang mengganggu sistem operasional mereka. Kedua perusahaan ini bukan pemain kecil. Mereka beroperasi di lebih dari 50 negara dan memegang peran penting dalam rantai pasok global. Artinya, sekali terkena, dampaknya bisa menjalar ke banyak sektor.
Apa yang terjadi? Sistem internal mereka berhasil ditembus oleh pihak yang tidak dikenal. Mereka harus menghentikan beberapa sistem, mengaktifkan protokol darurat, dan melibatkan tim pakar keamanan siber. Hingga saat ini, belum diketahui apakah data penting bocor atau apakah serangan melibatkan ransomware.
Yang jelas, ini bukan insiden biasa. Ini alarm keras.
Karena faktanya, sepanjang 2024 lalu, serangan siber terhadap sektor industri memang melonjak drastis. Di Inggris saja, setiap hari rata-rata ada 161 serangan yang menyasar perangkat-perangkat seperti kamera keamanan, printer jaringan, sensor industri, hingga sistem kontrol otomatis di pabrik.
Lebih mencengangkan lagi: setiap 42 detik, ada upaya peretasan terhadap sistem bisnis. Industri manufaktur, yang kini makin tergantung pada sistem otomasi dan IoT, jadi sasaran empuk.
Baca juga : Cyber Threat Intelligence: Apa Itu dan Mengapa Penting bagi Keamanan Bisnis Anda?
Mengapa ini penting untuk Indonesia?
Karena tren ini bersifat global. Saat pabrik-pabrik kita mulai mengadopsi smart manufacturing, cloud system, dan mesin-mesin terhubung internet, kita pun membuka lebih banyak “pintu” bagi peretas. Dan jika industri besar di Eropa saja bisa diserang, bagaimana dengan kesiapan industri lokal?
Keamanan siber di manufaktur bukan lagi pelengkap tapi kebutuhan utama.Tanpa proteksi yang serius, bukan hanya data yang terancam, tapi juga keselamatan pekerja, kualitas produk, dan keberlangsungan bisnis.
Mengapa Sektor Manufaktur Jadi Target Menarik bagi Peretas?
Sektor manufaktur kini berada di garis depan perang digital. Tapi kenapa industri ini begitu menggoda bagi para pelaku kejahatan siber?
1. Nilai Ekonomi yang Sangat Tinggi
Perusahaan manufaktur sering menangani informasi sensitif: mulai dari desain produk, data pelanggan, hingga komponen penting untuk sektor energi, kesehatan, atau pertahanan. Satu kebocoran saja bisa merugikan jutaan dolar dan itu yang diincar penjahat.
2. Infrastruktur Teknologi yang Sudah Tua
Banyak sistem OT (Operational Technology) di pabrik masih menggunakan teknologi lama. Mesin-mesin itu dibuat untuk bertahan lama, bukan untuk terkoneksi dengan internet. Ketika akhirnya disambungkan ke jaringan, sistem ini jadi target empuk karena tidak punya pertahanan yang memadai.
3. Produksi Tak Boleh Berhenti
Dalam dunia manufaktur, downtime adalah musuh. Banyak perusahaan menunda pembaruan sistem keamanan karena takut mengganggu produksi. Sayangnya, kebijakan “jangan sentuh kalau belum rusak” justru membuka celah besar bagi peretas.
4. Industry 5.0: Peluang dan Ancaman Baru
Di era Industry 5.0, manusia dan mesin pintar bekerja sama dengan dukungan AI, robotik, dan cloud. Ini membuka banyak potensi inovasi, tapi juga memperluas “permukaan serangan” bagi peretas. Semakin banyak perangkat terhubung, semakin banyak titik masuk bagi mereka yang ingin merusak sistem.
Baca juga : Cara Membangun Budaya Kepatuhan Perlindungan Data Pribadi (PDP) di Perusahaan
Konvergensi IT/OT: Peluang Inovasi, Risiko Keamanan
Dulu, sistem operasional pabrik (OT) berdiri sendiri, tidak tersambung ke internet, alias air-gapped. Tapi sekarang, semuanya berubah. Demi efisiensi dan kecepatan, sistem OT mulai terkoneksi dengan jaringan IT perusahaan. Proses ini disebut konvergensi IT/OT.
Di satu sisi, ini membuka pintu inovasi: data real-time, otomatisasi cerdas, hingga kontrol produksi dari jarak jauh. Tapi di sisi lain, justru inilah yang membuka celah besar bagi peretas.
Dengan masuk lewat jaringan IT yang terhubung ke OT, pelaku bisa:
- Menyusup ke jalur produksi dan mengubah perintah mesin
- Merusak kualitas produk secara halus tapi fatal
- Mencuri data intelektual, seperti desain eksklusif atau formula produksi
- Menyandera sistem produksi dengan ransomware dan menghentikan operasional sepenuhnya
Yang lebih mengkhawatirkan, manipulasi kecil pada mesin otomatis bisa menyebabkan produk cacat, gagal sertifikasi, atau bahkan berbahaya bagi konsumen dan baru ketahuan setelah produk terlanjur didistribusikan.
Konvergensi IT/OT adalah pedang bermata dua: membawa inovasi luar biasa, tapi juga risiko besar jika tidak diimbangi dengan strategi keamanan yang tepat.
Baca juga : Cara Menyusun IT Masterplan yang Sukses untuk Perusahaan di Tahun 2025: Panduan dan Contoh Templatenya
Realita Indonesia: Apakah Kita Siap?
Digitalisasi industri di Indonesia sedang melaju kencang. Banyak pabrik kini memanfaatkan otomasi, sensor IoT, dan sistem pintar demi efisiensi dan produktivitas. Tapi dibalik semua kemajuan ini, ada satu pertanyaan besar yang belum banyak dijawab: Sudahkah sistem keamanannya ikut berkembang? Fakta global menunjukkan adanya celah yang mengkhawatirkan. Menurut standar NIST:
- 70% sistem OT di dunia sudah terkoneksi dengan jaringan TI perusahaan.
- Tapi hanya 19% produsen yang benar-benar siap secara keamanan.
Itu artinya, sebagian besar industri—termasuk di Indonesia—sudah membuka “pintu belakang” ke sistem produksinya, tapi belum mengunci rapat. Banyak yang mengandalkan solusi keamanan IT standar, padahal sistem OT punya karakteristik dan kerentanan yang berbeda.
Di tengah laju inovasi, kita sedang menghadapi dilema: Apakah kita sedang membangun smart factory, atau membuka jalan bagi smart attackers? Saatnya tidak hanya bicara teknologi, tapi juga ketahanan digital. Karena inovasi yang tidak aman, justru bisa jadi ancaman bagi bisnis itu sendiri.
Regulasi Baru: Tidak Bisa Lagi Menunda
Mulai 1 Agustus 2025, Uni Eropa akan menerapkan aturan baru yang mewajibkan semua perangkat yang terhubung ke internet, termasuk IoT, speaker pintar, hingga konsol game harus memenuhi standar keamanan siber ketat melalui EU RED Delegated Act.
Bagi produsen Indonesia yang menargetkan pasar Eropa, ini bukan sekadar pilihan tetapi ini adalah keharusan. Tanpa kepatuhan, produk bisa ditolak masuk pasar.Walaupun aturan ini tidak berlaku langsung di Indonesia, ini adalah sinyal kuat:Regulasi global soal keamanan siber, khususnya di sektor OT/TI, akan makin ketat dan menyeluruh.Perusahaan yang hanya fokus ke teknologi, tanpa memperkuat keamanannya, berisiko tertinggal bahkan tersingkir dari kompetisi global.
Strategi Keamanan OT Harus Dirancang Khusus
Banyak perusahaan masih mengandalkan tools keamanan TI umum seperti firewall, antivirus, atau EDR. Tapi sayangnya, itu tidak cukup untuk melindungi lingkungan OT (Operational Technology).
Kenapa? Karena OT punya karakteristik unik:
- Fokus utama OT adalah keandalan dan kontinuitas—bukan pembaruan berkala seperti sistem TI.
- Banyak perangkat OT masih berjalan di software lama, yang tidak bisa sembarangan di-update tanpa mengganggu produksi.
- Beberapa solusi TI justru berisiko menimbulkan downtime jika dipaksakan ke lingkungan OT.
Menurut OryxAlign, penyedia solusi keamanan industri, kesalahan terbesar adalah menyamakan keamanan IT dan OT. Alih-alih menempelkan teknologi yang sudah ada, perusahaan harus membangun strategi keamanan dari nol, disesuaikan dengan realitas lapangan.
Keamanan OT bukan soal alat canggih, tapi soal pendekatan yang tepat.
Mulai dari pemetaan sistem, segmentasi jaringan, deteksi anomali di level mesin, hingga respons insiden yang tidak mengganggu jalannya produksi.
Baca juga : Perlindungan Data Digital : Kenali Berbagai Jenis Cyber Security yang Diperlukan
Lindungi Pabrik Anda Sebelum Jadi Target: Mulai dari Cyber Security Maturity Assessment
Di tengah meningkatnya serangan siber ke industri manufaktur, satu pertanyaan penting harus dijawab:
Apakah sistem keamanan Anda benar-benar siap?
Jangan tunggu insiden terjadi. Cyber Security Maturity Assessment dari Proxsis IT adalah langkah pertama yang wajib dilakukan sebelum berinvestasi besar di perangkat keamanan.
Melalui assessment ini, Anda akan:
- Menemukan celah kritis di jaringan OT dan IT yang sering luput dari pantauan
- Membandingkan kondisi keamanan Anda dengan standar global seperti NIST & ISO 27001
- Mendapatkan roadmap keamanan yang jelas, bertahap, dan sesuai kondisi pabrik Anda
Keamanan OT tidak bisa dicopy-paste dari TI. Dibutuhkan pendekatan yang spesifik dan menyeluruh.
Assessment ini akan membantu Anda membangun fondasi keamanan yang kuat, sebelum peretas melumpuhkan lini produksi Anda.
Waktunya berhenti menebak. Waktunya tahu pasti. Mulai assessment hari ini dan lindungi masa depan manufaktur Anda.
Kesimpulan: Keamanan Siber, Pilar Utama Industri Masa Depan
Di tengah revolusi industri berbasis otomatisasi, AI, dan konektivitas global, satu hal menjadi semakin jelas: tanpa keamanan siber yang kuat, inovasi justru bisa menjadi bumerang.
Serangan siber bukan lagi sekadar gangguan digital ia bisa melumpuhkan lini produksi, merusak reputasi, mencuri kekayaan intelektual, hingga mengancam keselamatan fisik.
Kini, keamanan siber bukan pelengkap strategi otomasi tetapi fondasi utamanya. Industri manufaktur yang cerdas bukan hanya yang cepat berinovasi, tetapi juga yang siap mengamankan inovasinya.
Saatnya mengubah paradigma: dari reaktif menjadi proaktif, dari tambal-sulam menjadi terintegrasi. Cybersecurity bukan lagi pilihan. Ia adalah kebutuhan bisnis yang tak bisa ditunda.
FAQ – Keamanan Siber di Sektor Manufaktur
- Apa yang dimaksud dengan konvergensi IT/OT?
Konvergensi IT/OT adalah penggabungan antara teknologi informasi (seperti sistem ERP dan aplikasi cloud) dengan teknologi operasional (seperti mesin produksi dan kontrol otomatis). Ini meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga membuka potensi celah bagi ancaman siber yang lebih besar.
- Apakah firewall standar cukup untuk melindungi sistem OT
Firewall standar sering kali tidak cukup untuk melindungi sistem OT, karena banyak protokol industri (seperti Modbus, SCADA, dan DNP3) yang tidak dikenali oleh firewall konvensional. Sistem OT memerlukan perlindungan yang lebih khusus dan disesuaikan.
- Apakah perusahaan kecil dan menengah (UKM) juga rentan terhadap serangan siber?
Ya, UKM di sektor manufaktur sering menjadi sasaran utama karena terbatasnya anggaran dan sumber daya untuk implementasi keamanan siber yang memadai. Meski lebih kecil, mereka tetap berisiko tinggi.
- Adakah standar global untuk keamanan siber di manufaktur?
Ya, ada beberapa standar internasional yang dapat diikuti, seperti NIST Cybersecurity Framework, IEC 62443, dan ISO 27001. Selain itu, banyak organisasi yang mengembangkan pedoman dan kebijakan internal untuk melengkapi standar-standar ini.
- Apa langkah pertama yang harus diambil untuk meningkatkan keamanan siber di pabrik?
Langkah pertama yang efektif adalah melakukan Cybersecurity Maturity Assessment. Ini membantu perusahaan menilai status keamanan siber mereka saat ini dan merancang rencana penguatan keamanan secara bertahap.